
Kiper andalan Timnas Indonesia, Maarten Paes, baru-baru ini didiagnosis memiliki sensitivitas gluten. Penemuan ini mengejutkan banyak pihak dan menimbulkan pertanyaan seputar kondisi kesehatan yang satu ini. Sensitivitas gluten, yang berbeda dengan penyakit celiac, merupakan reaksi tubuh terhadap protein gluten yang terdapat dalam gandum, barley, dan rye. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai gejala yang mengganggu aktivitas sehari-hari, termasuk bagi seorang atlet profesional seperti Maarten Paes.
Berawal dari pemeriksaan darah rutin yang dilakukan oleh fisioterapis Timnas Indonesia, Heo Ji-seob pada Rabu, 27 November 2024, terungkaplah bahwa Maarten Paes memiliki sensitivitas terhadap gluten. Hasil pemeriksaan tersebut kemudian dikonfirmasi oleh dr. Raissa E Djuanda, SpGK, spesialis gizi klinik. Beliau menjelaskan bahwa gluten, sebagai protein alami dalam biji-bijian, dapat memicu reaksi beragam pada individu yang sensitif. Reaksi ini tidak selalu sama pada setiap orang, dan tingkat keparahannya pun bervariasi.
Gejala sensitivitas gluten dapat sangat beragam. Beberapa pasien mungkin hanya mengalami gangguan pencernaan ringan seperti kembung, diare, atau sembelit. Namun, pada kasus lain, gejala dapat lebih berat dan meliputi sakit perut, maag, hingga kelelahan kronis, sakit kepala, dan nyeri sendi. Dalam beberapa kasus yang lebih serius, sensitivitas gluten dapat memicu penyakit celiac, suatu kondisi autoimun yang merusak usus halus. Penting untuk diingat bahwa sensitivitas gluten berbeda dengan alergi gluten, meskipun gejalanya mungkin tumpang tindih.
Bagi Maarten Paes, diagnosis ini berarti perubahan signifikan dalam pola makannya. Ia harus menghindari makanan yang mengandung gluten, seperti roti, pasta, sereal, dan mi. Makanan-makanan olahan ini seringkali mengandung gluten dalam jumlah yang signifikan, sehingga harus dihindari secara ketat. Namun, kabar baiknya adalah banyak alternatif makanan yang tersedia bagi penderita sensitivitas gluten. Nasi, jagung, kentang, ubi, singkong, dan berbagai jenis tepung alternatif seperti tepung beras dan tepung beras merah merupakan pilihan yang aman dan bergizi.
Selain itu, telur dan ikan juga merupakan sumber protein yang baik dan bebas gluten. Berkembangnya industri makanan bebas gluten juga memberikan pilihan yang lebih beragam. Saat ini, banyak produk makanan olahan, termasuk mi dan pasta, yang telah diformulasikan khusus tanpa gluten dan diberi label gluten-free. Hal ini memudahkan penderita sensitivitas gluten untuk memilih makanan yang sesuai dengan kondisi mereka. Namun, tetap penting untuk selalu memeriksa label kemasan dengan teliti sebelum mengonsumsi suatu produk.
Meskipun sensitivitas gluten merupakan kondisi yang tidak dapat disembuhkan, pengelolaannya relatif mudah. Dengan menghindari makanan yang mengandung gluten secara konsisten, gejala dapat dikendalikan dan kualitas hidup dapat ditingkatkan secara signifikan. Hal ini sangat penting bagi Maarten Paes, yang membutuhkan kondisi fisik prima untuk berlaga di lapangan hijau. Disiplin dalam menjaga pola makan menjadi kunci utama dalam mengelola kondisi ini.
Dr. Raissa menekankan pentingnya konsultasi dengan ahli gizi atau dokter untuk mendapatkan panduan yang tepat dalam mengatur pola makan bagi penderita sensitivitas gluten. Ahli gizi dapat membantu menyusun rencana makan yang seimbang dan bergizi, memastikan asupan nutrisi tetap terpenuhi meskipun harus menghindari gluten. Mereka juga dapat memberikan edukasi tentang label makanan dan membantu memilih produk yang aman dikonsumsi.
Kasus Maarten Paes menyoroti pentingnya kesadaran akan sensitivitas gluten, terutama di kalangan atlet. Kondisi ini dapat mempengaruhi performa dan kesehatan atlet secara keseluruhan. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan yang komprehensif, termasuk pemeriksaan alergi dan intoleransi makanan, sangat penting bagi atlet profesional untuk memastikan mereka dalam kondisi prima dan dapat memberikan performa terbaik.
Lebih lanjut, dr. Raissa menjelaskan bahwa penting bagi penderita sensitivitas gluten untuk memahami bahwa kondisi ini bukan sekadar masalah pencernaan. Gejala yang muncul dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk energi, mood, dan konsentrasi. Oleh karena itu, menangani sensitivitas gluten bukan hanya tentang menghindari makanan tertentu, tetapi juga tentang menjaga keseimbangan hidup secara keseluruhan.
Pengalaman Maarten Paes juga menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih memperhatikan kesehatan tubuh dan pola makan. Memilih makanan yang sehat dan bergizi merupakan investasi jangka panjang untuk kesehatan dan kesejahteraan. Jika mengalami gejala yang mencurigakan, seperti gangguan pencernaan yang berulang atau kelelahan yang tidak biasa, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Kesimpulannya, sensitivitas gluten merupakan kondisi yang perlu mendapat perhatian serius. Meskipun tidak dapat disembuhkan, gejalanya dapat dikendalikan dengan pola makan yang tepat dan disiplin. Dengan informasi yang tepat dan dukungan dari tenaga medis, penderita sensitivitas gluten dapat menjalani kehidupan yang sehat dan produktif, seperti yang diharapkan Maarten Paes dapat terus berkontribusi bagi Timnas Indonesia.
Tabel Perbandingan Gejala Sensitivitas Gluten dan Alergi Gluten:
Gejala | Sensitivitas Gluten | Alergi Gluten |
---|---|---|
Gangguan Pencernaan (kembung, diare, sembelit) | Ya, sering terjadi | Ya, sering terjadi, dan lebih parah |
Sakit Kepala | Mungkin | Mungkin |
Kelelahan | Mungkin | Mungkin |
Nyeri Sendi | Mungkin | Mungkin |
Reaksi Alergi Sistemik (sesak napas, pembengkakan) | Tidak | Ya, mungkin terjadi |
Penyakit Celiac | Mungkin memicu | Tidak selalu |
Catatan: Tabel di atas hanya untuk tujuan informasi dan bukan sebagai pengganti konsultasi medis. Gejala dapat bervariasi pada setiap individu.