:strip_icc():format(webp):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,573,20,0)/kly-media-production/medias/4383053/original/013447900_1680601887-thumbnail.jpg)
Kecanduan judi online (judol) bukan hanya masalah individu, melainkan juga krisis yang berdampak luas pada keluarga dan masyarakat. Dampaknya yang merusak, seperti yang diungkapkan oleh Psikolog Klinis Ratih Ibrahim, bahkan dapat menyebabkan putusnya hubungan keluarga. Ini bukan sekadar masalah finansial, melainkan juga masalah emosional dan psikologis yang kompleks.
Ratih Ibrahim menjelaskan bahwa dukungan emosional yang kuat dari keluarga sangat krusial dalam proses penyembuhan. Mendengarkan tanpa menghakimi, memberikan semangat, dan memahami masalah dengan empati adalah kunci untuk membuat korban merasa diterima dan termotivasi untuk berubah. Keluarga berperan sebagai pilar utama, memberikan rasa aman dan harapan bagi korban yang tengah berjuang melawan adiksi ini.
Namun, dukungan emosional saja tidak cukup. Keluarga juga perlu mengambil peran yang lebih tegas dan disiplin. Dalam beberapa kasus, ultimatum yang keras, seperti ancaman perpisahan atau pengusiran dari rumah, menjadi langkah terakhir yang terpaksa diambil untuk menyelamatkan anggota keluarga yang kecanduan. Ini bukan tindakan kejam, melainkan upaya terakhir untuk memaksa korban mencari bantuan profesional dan memutus siklus judi yang merusak.
Ratih menuturkan, beberapa kasus yang ditanganinya melibatkan keluarga yang sampai mengambil langkah ekstrem, seperti mencabut korban dari kartu keluarga atau mengajukan gugatan perceraian. Langkah-langkah ini, meskipun berat, diambil sebagai upaya terakhir untuk menyelamatkan keluarga dari dampak buruk kecanduan judi online yang terus berlanjut. Ini menunjukkan betapa seriusnya masalah ini dan betapa besarnya dampaknya terhadap keutuhan sebuah keluarga.
Korban judi online seringkali mengalami berbagai masalah psikologis, mulai dari kecemasan, ketakutan, depresi, hingga perasaan tidak berdaya dan keinginan untuk mengurung diri. Tekanan finansial akibat tumpukan utang juga memperparah kondisi mereka, memicu paranoia dan merusak hubungan sosial. Mereka terjebak dalam lingkaran setan yang sulit diputus tanpa bantuan profesional dan dukungan keluarga yang kuat.
Ratih menekankan pentingnya peran keluarga dalam proses pemulihan. Keluarga tidak hanya memberikan dukungan emosional, tetapi juga dukungan teknis, seperti terlibat aktif dalam sesi terapi. Kehadiran keluarga dalam proses terapi dapat memperkuat komitmen korban untuk sembuh dan memberikan perspektif yang lebih luas bagi terapis dalam memahami kondisi pasien.
Banyak korban yang datang untuk berkonsultasi karena tuntutan keluarga akibat utang yang menumpuk atau karena khawatir akan kehilangan hubungan keluarga. Ini menunjukkan bahwa kesadaran keluarga akan bahaya judi online semakin meningkat, dan mereka mulai mengambil peran aktif dalam membantu anggota keluarga yang kecanduan.
Berdasarkan pengalaman Ratih, sebagian besar korban judi online berada pada usia produktif, yaitu sekitar 18-23 tahun dan 40 tahun ke atas. Rentang usia ini menunjukkan bahwa kecanduan judi online tidak mengenal usia dan dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang latar belakang sosial ekonomi.
Salah satu tantangan dalam proses penyembuhan adalah adanya rasa excited atau senang yang masih dirasakan oleh korban terhadap judi online. Perasaan ini menjadi penghalang utama dalam proses pemulihan, karena dapat memicu keinginan untuk kembali berjudi. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi khusus untuk mengatasi perasaan ini dan mengarahkan korban pada aktivitas positif lainnya.
Untuk membantu korban pulih, keluarga dapat mengambil beberapa langkah konkret. Mereka dapat membantu mengelola keuangan korban, mencegah akses keuangan yang dapat digunakan untuk berjudi, menghindari pembicaraan tentang perjudian, dan mengajak korban untuk aktif dalam kegiatan positif, seperti olahraga atau berkebun. Aktivitas-aktivitas ini dapat membantu mengalihkan perhatian korban dari judi dan membangun kembali keseimbangan hidup mereka.
Proses pemulihan dari kecanduan judi online bukanlah tanggung jawab pasien semata. Peran aktif keluarga, komunitas, dan pemerintah sangat penting. Pemerintah, sebagai penegak hukum, memiliki peran penting dalam mencegah penyebaran judi online dan memberikan sanksi tegas kepada pihak-pihak yang terlibat.
Kesimpulannya, mengatasi kecanduan judi online membutuhkan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai pihak. Dukungan emosional dan teknis dari keluarga, serta intervensi profesional dari terapis, merupakan kunci keberhasilan dalam proses pemulihan. Peran pemerintah dalam pencegahan dan penegakan hukum juga sangat krusial untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan melindungi masyarakat dari bahaya judi online.
Tanggal Publikasi: 27 Oktober 2023
Berikut ini tabel yang merangkum peran penting dalam mengatasi kecanduan judi online:
Peran | Tindakan Konkret |
---|---|
Keluarga | Memberikan dukungan emosional, dukungan teknis (terlibat dalam terapi), mengelola keuangan, mencegah akses keuangan untuk berjudi, mengajak aktivitas positif. |
Korban | Aktif mengikuti terapi, berkomitmen untuk berhenti berjudi, berpartisipasi dalam aktivitas positif, membangun kembali keseimbangan hidup. |
Terapis/Profesional | Memberikan konseling dan terapi, membantu mengidentifikasi akar masalah, mengembangkan strategi mengatasi kecanduan. |
Pemerintah | Mencegah penyebaran judi online, menegakkan hukum, memberikan edukasi dan sosialisasi bahaya judi online. |