
Daging Merah dan Risiko Kanker: Fakta dan Mitos
Konsumsi daging merah kerap dikaitkan dengan risiko kanker. Namun, benarkah demikian? Spesialis gizi klinik Dr. dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, MGizi, SpGK, memberikan penjelasan yang lebih mendalam.
Daging Merah dan Karsinogen
Ketika diolah dengan suhu tinggi, seperti dipanggang atau dibakar, daging merah dapat melepaskan senyawa karsinogenik, seperti Heterocyclic amines dan Polycyclic aromatic hydrocarbons. Senyawa ini dapat meningkatkan risiko kanker.
Daging Olahan: Waspadai Risiko Lebih Tinggi
Dr. Nurul menekankan bahwa daging olahan, seperti sosis, nugget, dan hotdog, justru lebih perlu diwaspadai. Proses pemanasan dan pengawetan yang panjang, serta penambahan zat kimia, dapat meningkatkan risiko kanker.
Cara Sehat Mengolah Daging Merah
Untuk meminimalkan risiko kanker, Dr. Nurul menyarankan mengolah daging merah dengan cara yang lebih sehat, seperti ditumis, dikukus, atau direbus. Cara ini dapat mengurangi pembentukan senyawa karsinogenik.
Porsi Konsumsi Daging Merah
Dr. Nurul menekankan bahwa konsumsi daging merah dalam jumlah moderat masih diperbolehkan. Jumlah yang disarankan adalah sekitar 350-500 gram per minggu.
Manfaat Daging Merah
Selain risiko kanker, daging merah juga mengandung nutrisi penting, seperti zat besi, vitamin B12, dan protein. Nutrisi ini penting untuk kesehatan tubuh.
Kesimpulan
Konsumsi daging merah dalam jumlah moderat dan diolah dengan cara yang sehat tidak serta merta meningkatkan risiko kanker. Namun, daging olahan harus dihindari karena memiliki risiko kanker yang lebih tinggi. Dengan memahami fakta dan mitos seputar daging merah, kita dapat membuat pilihan konsumsi yang lebih bijak untuk kesehatan kita.
Artikel ini ditulis pada 20 November 2024.