Diabetes Usia Muda, Anak 13 Tahun Sudah Terkena Penyakit Gula

Diabetes Usia Muda, Anak 13 Tahun Sudah Terkena Penyakit Gula

Diabetes Tipe 2 pada Anak: Tren Mengkhawatirkan dan Strategi Pencegahan

Kasus diabetes melitus tipe 2 pada anak-anak mengalami peningkatan yang mengkhawatirkan. Hal ini disampaikan oleh dr. Siska Mayasari Lubis, MKed(Ped), SpA(K), anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi IDAI dari RS Adam Malik, Medan, dalam sebuah webinar pada Selasa, 26 November 2024. Beliau mengungkapkan fakta mengejutkan: pasien diabetes tipe 2 termuda yang dirawat di rumah sakitnya baru berusia 13 tahun. Angka ini menjadi bukti nyata betapa seriusnya masalah ini dan betapa pentingnya kita semua untuk meningkatkan kewaspadaan.

Mengapa anak-anak usia dini rentan terhadap diabetes tipe 2? Salah satu faktor utama adalah konsumsi minuman manis yang berlebihan. Minuman kemasan, jus buah kemasan, dan minuman soda seringkali mengandung gula tambahan dalam jumlah yang sangat tinggi. Gula ini, ketika dikonsumsi secara rutin dan berlebih, dapat mengganggu metabolisme tubuh dan memicu resistensi insulin. Resistensi insulin adalah kondisi di mana sel-sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin, hormon yang bertugas mengangkut glukosa (gula) dari darah ke dalam sel untuk diubah menjadi energi. Akibatnya, kadar gula darah meningkat secara signifikan, dan inilah yang menjadi ciri khas diabetes melitus.

Dampak jangka panjang dari diabetes tipe 2 pada anak-anak sangat serius dan tidak boleh dianggap remeh. Jika tidak ditangani dengan tepat dan segera, penyakit ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, termasuk gangguan ginjal. Dalam kasus yang parah, anak-anak penderita diabetes tipe 2 bahkan dapat mengalami gagal ginjal dan membutuhkan hemodialisis (cuci darah) di usia dewasa. Bayangkan, anak-anak yang seharusnya menikmati masa pertumbuhan dan perkembangannya, justru harus menghadapi beban penyakit kronis yang berat dan prosedur medis yang menyakitkan.

Peran orang tua dalam mencegah dan mendeteksi dini diabetes tipe 2 pada anak sangatlah krusial. Pengawasan terhadap pola makan anak, terutama jajanan yang dikonsumsi di sekolah atau di luar rumah, menjadi sangat penting. Orang tua perlu lebih selektif dalam memilih makanan dan minuman untuk anak-anak mereka. Hindari memberikan minuman manis kemasan, dan batasi konsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula. Gantilah dengan pilihan yang lebih sehat, seperti air putih, susu rendah lemak, dan buah-buahan segar.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah memberikan peringatan resmi terkait peningkatan kasus diabetes melitus tipe 2 pada anak. Mereka menekankan pentingnya edukasi dan pencegahan sejak dini. Penting bagi orang tua untuk memahami bagaimana diabetes tipe 2 berkembang dan bagaimana cara mencegahnya. Kenali tanda-tanda awal diabetes pada anak, seperti sering haus, sering buang air kecil, penurunan berat badan yang tidak disengaja, dan kelelahan yang berlebihan. Jika anak Anda menunjukkan gejala-gejala tersebut, segera konsultasikan dengan dokter.

Lebih jauh lagi, kita perlu memahami mekanisme diabetes tipe 2 secara lebih detail. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, resistensi insulin merupakan kunci dari penyakit ini. Tubuh yang resisten terhadap insulin akan kesulitan mengolah glukosa, sehingga kadar gula darah tetap tinggi. Kondisi ini dalam jangka panjang dapat merusak berbagai organ tubuh, termasuk jantung, pembuluh darah, mata, dan saraf.

Sayangnya, banyak minuman kemasan yang mudah diakses anak-anak mengandung gula tambahan dalam jumlah yang sangat tinggi. Produsen seringkali menyembunyikannya di balik label yang rumit dan tidak mudah dipahami oleh konsumen awam. Oleh karena itu, membaca label nutrisi pada kemasan makanan dan minuman menjadi sangat penting. Perhatikan kandungan gula total dan gula tambahan yang tertera pada label tersebut. Pilihlah produk dengan kandungan gula yang rendah.

Selain minuman manis, makanan olahan yang tinggi karbohidrat olahan juga dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Makanan seperti roti putih, nasi putih, dan kentang goreng mengandung indeks glikemik yang tinggi, artinya mereka dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah yang signifikan. Oleh karena itu, sebaiknya batasi konsumsi makanan-makanan tersebut dan gantilah dengan pilihan yang lebih sehat, seperti roti gandum, nasi merah, dan sayuran.

Pencegahan diabetes tipe 2 pada anak-anak tidak hanya bergantung pada pola makan yang sehat, tetapi juga pada aktivitas fisik yang cukup. Anak-anak perlu melakukan aktivitas fisik minimal 60 menit setiap hari. Aktivitas fisik membantu meningkatkan sensitivitas insulin dan membantu mengontrol berat badan. Dorong anak-anak untuk terlibat dalam berbagai aktivitas fisik yang mereka sukai, seperti bermain di luar ruangan, bersepeda, berenang, atau berolahraga.

Peran pemerintah dan lembaga terkait juga sangat penting dalam upaya pencegahan diabetes tipe 2 pada anak. Pemerintah perlu mengeluarkan regulasi yang lebih ketat terkait kandungan gula dalam minuman kemasan dan makanan olahan. Kampanye edukasi publik juga perlu ditingkatkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya diabetes tipe 2 dan cara pencegahannya.

Kesimpulannya, peningkatan kasus diabetes tipe 2 pada anak-anak merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius dan membutuhkan perhatian bersama. Pencegahan sejak dini melalui pola makan sehat, aktivitas fisik yang cukup, dan pengawasan orang tua sangat penting untuk melindungi anak-anak kita dari penyakit kronis ini. Dengan kerja sama antara orang tua, tenaga kesehatan, dan pemerintah, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan mendukung bagi anak-anak kita.

Tabel Perbandingan Minuman Sehat dan Tidak Sehat:

Minuman Kandungan Gula Rekomendasi
Air Putih 0 Sangat Direkomendasikan
Susu Rendah Lemak Rendah Direkomendasikan
Jus Buah Segar (tanpa gula tambahan) Sedang Sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah terbatas
Minuman Bersoda Tinggi Hindari
Minuman Kemasan (banyak mengandung gula tambahan) Tinggi Hindari
Previous Post