China Krisis Penduduk: 50 Juta Jiwa Hilang? (Resesi Penduduk Mengerikan!)

China Krisis Penduduk: 50 Juta Jiwa Hilang?  (Resesi Penduduk Mengerikan!)

China, negara dengan sejarah panjang dan budaya yang kaya, tengah menghadapi tantangan demografis yang serius. Penurunan populasi yang drastis diperkirakan akan berdampak signifikan pada perekonomian dan masa depan bangsa ini. Proyeksi menunjukkan potensi kehilangan lebih dari 50 juta penduduk dalam dekade mendatang, sebuah angka yang mengkhawatirkan dan menuntut perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat.

Perubahan kebijakan pemerintah, seperti penghapusan kebijakan satu anak pada 2016 dan peningkatan batas anak menjadi tiga pada 2021, merupakan upaya untuk mengatasi masalah ini. Namun, langkah-langkah tersebut belum cukup efektif untuk membalikkan tren penurunan populasi yang terus berlanjut. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahkan memprediksi penurunan populasi China hingga 50 persen pada akhir abad ini, sebuah skenario yang akan mengubah lanskap demografis negara tersebut secara fundamental.

Data resmi tahun 2023 menunjukkan penurunan angka kelahiran selama tujuh tahun berturut-turut, dengan angka kematian bahkan melampaui angka kelahiran dalam dua tahun terakhir. Situasi ini diperparah oleh penuaan populasi yang cepat. Yi Fuxian, ahli demografi dari Universitas Wisconsin-Madison, memperkirakan proporsi penduduk berusia 60 tahun ke atas akan mencapai 40 persen dari total populasi. Angka ini menggambarkan beban ekonomi yang semakin berat bagi generasi muda yang harus menanggung perawatan dan kesejahteraan para lansia.

Beberapa pihak, seperti Akademi Ilmu Sosial Shanghai, bahkan memberikan proyeksi yang lebih pesimistis, memperkirakan penurunan populasi hingga 60 persen. Meskipun tahun 2024, tahun naga dalam kalender China, diprediksi akan sedikit meningkatkan angka kelahiran karena dianggap sebagai tahun yang membawa keberuntungan, peningkatan ini diperkirakan hanya bersifat sementara. Hal ini dikarenakan angka pernikahan juga terus mengalami penurunan, menunjukkan adanya masalah mendasar yang perlu diatasi.

Ada Li, analis dari Bloomberg Intelligence, mencatat bahwa para pembuat kebijakan cenderung meningkatkan laju reformasi untuk mengatasi hambatan yang dihadapi pasangan usia reproduksi dalam membangun keluarga. Namun, tantangannya bukan hanya sekedar kebijakan, melainkan juga perubahan sosial dan ekonomi yang lebih luas. Faktor-faktor seperti biaya hidup yang tinggi, tekanan pekerjaan, dan kurangnya dukungan pemerintah dalam pengasuhan anak, menjadi beberapa hambatan yang perlu diatasi.

Proyeksi menunjukkan bahwa pada tahun 2025, populasi China akan turun menjadi 1,36 miliar dari puncaknya 1,41 miliar pada tahun 2021. Tren penurunan ini berpotensi menimbulkan beban berat pada produktivitas ekonomi. Pada tahun 2035, rasio ketergantungan China, yaitu proporsi penduduk yang tidak produktif terhadap penduduk usia kerja, diperkirakan akan mencapai 53 persen, meningkat dari 46 persen pada tahun 2021. Ini berarti semakin banyak penduduk yang perlu ditanggung oleh semakin sedikit penduduk usia produktif.

Sebagai respons terhadap situasi ini, pemerintah China berencana menaikkan usia pensiun untuk pertama kalinya tahun depan. Langkah ini diharapkan dapat memperpanjang masa kontribusi ekonomi para pekerja dan mengurangi beban pada sistem jaminan sosial. Namun, kebijakan ini juga perlu diimbangi dengan upaya untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja dan menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi keluarga untuk memiliki lebih banyak anak.

Tantangan demografis yang dihadapi China bukan hanya masalah angka, tetapi juga masalah kualitas hidup. Menciptakan lingkungan yang mendukung keluarga, meningkatkan akses terhadap pendidikan dan perawatan kesehatan, serta menciptakan lapangan kerja yang layak, merupakan langkah-langkah krusial yang perlu diprioritaskan. Pemerintah perlu berinvestasi dalam infrastruktur sosial, seperti fasilitas penitipan anak dan program dukungan pengasuhan anak, untuk mengurangi beban ekonomi dan sosial bagi para orang tua.

Selain itu, perlu ada upaya untuk mengubah persepsi masyarakat tentang peran perempuan dalam keluarga dan tempat kerja. Memberdayakan perempuan untuk berpartisipasi penuh dalam ekonomi dan memberikan mereka pilihan yang lebih luas dalam merencanakan keluarga, merupakan kunci untuk meningkatkan angka kelahiran. Kampanye kesadaran publik yang efektif juga diperlukan untuk mengubah pandangan masyarakat tentang pentingnya memiliki anak dan peran keluarga dalam masyarakat.

Kesimpulannya, penurunan populasi di China merupakan masalah kompleks yang membutuhkan solusi multi-faceted. Tidak cukup hanya dengan mengubah kebijakan, tetapi juga perlu ada perubahan mendasar dalam sistem sosial dan ekonomi. Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung keluarga, memberdayakan perempuan, dan meningkatkan kualitas hidup bagi seluruh penduduk. Hanya dengan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan, China dapat mengatasi tantangan demografis ini dan memastikan masa depan yang lebih cerah bagi generasi mendatang.

Tantangan Ke Depan: Meskipun pemerintah China telah dan akan terus berupaya mengatasi masalah ini, jalan menuju pemulihan demografis masih panjang dan penuh tantangan. Perubahan perilaku dan norma sosial membutuhkan waktu dan upaya yang signifikan. Keberhasilan upaya ini akan sangat menentukan masa depan ekonomi dan sosial China dalam jangka panjang.

Tahun Proyeksi Populasi (Miliar) Rasio Ketergantungan (%)
2021 1.41 46
2025 1.36 -
2035 - 53

Catatan: Data dalam tabel di atas merupakan proyeksi dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan situasi.

Tanggal: 27 Oktober 2023

Previous Post Next Post