Benarkah sering makan daging merah bisa memicu kanker? Berikut penjelasan faktanya.

Benarkah sering makan daging merah bisa memicu kanker? Berikut penjelasan faktanya.

Daging Merah dan Risiko Kanker: Fakta dan Mitos

Konsumsi daging merah telah lama menjadi perdebatan terkait hubungannya dengan risiko kanker. Namun, penelitian terbaru mengungkapkan fakta yang lebih jelas.

Daging Merah dan Karsinogen

Ketika daging merah diolah pada suhu tinggi, seperti dipanggang atau dibakar, dapat menghasilkan senyawa karsinogenik, seperti Heterocyclic amines dan Polycyclic aromatic hydrocarbons. Senyawa ini dapat meningkatkan risiko kanker.

Daging Olahan: Bahaya Tersembunyi

Berbeda dengan daging merah alami, daging olahan seperti sosis, nugget, dan hotdog justru lebih berbahaya. Proses pemanasan dan pengawetan yang panjang, serta penambahan zat kimia, dapat meningkatkan risiko kanker.

Cara Aman Mengonsumsi Daging Merah

Meskipun daging merah dapat meningkatkan risiko kanker jika diolah dengan tidak tepat, bukan berarti kita harus menghindarinya sama sekali. Konsumsi daging merah dalam jumlah sedang (350-500 gram per minggu) masih diperbolehkan.

Untuk meminimalkan risiko kanker, disarankan untuk mengolah daging merah dengan cara yang lebih sehat, seperti ditumis, dikukus, atau direbus. Penggunaan rempah alami sebagai bumbu juga sangat dianjurkan.

Dampak Daging Olahan pada Saluran Cerna

Daging olahan yang sudah tidak berbentuk daging, seperti sosis dan nugget, memiliki kandungan natrium yang tinggi. Konsumsi berlebihan dapat meningkatkan risiko kanker saluran cerna, seperti kanker payudara, lambung, usus besar, dan rektum.

Kesimpulan

Konsumsi daging merah dalam jumlah sedang dan diolah dengan cara yang sehat tidak akan meningkatkan risiko kanker secara signifikan. Namun, daging olahan harus dihindari atau dikonsumsi sesedikit mungkin karena dapat meningkatkan risiko kanker saluran cerna.

Dengan memahami fakta-fakta ini, kita dapat membuat pilihan yang lebih bijak dalam mengonsumsi daging merah dan menjaga kesehatan kita secara keseluruhan.

Artikel ini ditulis oleh tim ahli gizi dan kesehatan pada 20 November 2024.

Previous Post Next Post