
Perang melawan gula berlebih pada anak-anak bukanlah pertempuran yang mudah dimenangkan. Orang tua seringkali menghadapi tantangan besar, terutama ketika si kecil menunjukkan reaksi keras berupa tantrum dan tangisan saat upaya mengurangi konsumsi gula dilakukan. Dr. dr. Siska Mayasari Lubis, MKed(Ped), SpA(K), anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi IDAI, menjelaskan bahwa pendekatan yang tepat dan penuh kesabaran adalah kunci keberhasilan dalam mengurangi konsumsi gula pada anak.
Data yang dirilis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) beberapa waktu lalu, tepatnya pada Selasa, 26 November 2024, mengungkapkan fakta mengejutkan: peningkatan kasus diabetes pada anak mencapai 70 kali lipat jika dibandingkan data tahun 2010. Angka ini menjadi alarm bahaya yang harus segera direspon oleh seluruh pihak, terutama orang tua. Peningkatan ini tidak terlepas dari konsumsi gula berlebih yang menjadi kebiasaan di kalangan anak-anak.
Mengapa anak-anak mudah tantrum ketika konsumsi gulanya berlebih? Penjelasan ilmiahnya terletak pada fluktuasi kadar gula darah. Kenaikan kadar gula darah secara tiba-tiba dapat memicu hiperaktivitas dan perubahan suasana hati yang drastis, sehingga memicu perilaku tantrum. Oleh karena itu, mengurangi konsumsi gula bukanlah proses yang bisa dilakukan secara instan. Dr. Siska menekankan pentingnya pendekatan bertahap dan perlahan. Mengurangi makanan atau minuman manis itu tidak bisa langsung dari banyak menjadi nol, jelasnya. Harus pelan-pelan, bertahap, agar anak tidak tantrum.
Strategi mengurangi gula secara bertahap membutuhkan pemahaman dan komitmen dari orang tua. Bukan hanya sekadar mengurangi jumlah gula, tetapi juga mengubah pola pikir dan kebiasaan. Hal ini membutuhkan edukasi yang konsisten kepada anak tentang bahaya mengonsumsi makanan dan minuman manis secara berlebihan. Penjelasan yang sederhana dan mudah dipahami anak sangat penting agar mereka mengerti pentingnya menjaga kesehatan.
Untuk anak-anak usia sekolah, peran orang tua semakin krusial. Dr. Siska menyarankan agar orang tua lebih aktif menanyakan jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi anak di sekolah, khususnya di kantin. Dari apa yang dikonsumsi anak sehari-hari, kita (orang tua) bisa menilai apakah anak saya gulanya berlebih, tambahnya. Ini merupakan langkah proaktif untuk memantau asupan gula anak dan mencegah potensi masalah kesehatan di kemudian hari.
Selain pemantauan asupan makanan, skrining diabetes juga sangat dianjurkan. Dr. Siska merekomendasikan skrining diabetes untuk anak usia 10 tahun ke atas. Skrining ini penting untuk mendeteksi dini adanya potensi masalah diabetes dan memungkinkan intervensi dini jika diperlukan. Deteksi dini sangat penting karena penanganan diabetes pada anak-anak membutuhkan pendekatan yang spesifik dan terencana.
Menghadapi tantangan mengurangi konsumsi gula pada anak membutuhkan kesabaran, konsistensi, dan strategi yang tepat. Berikut beberapa tips tambahan yang dapat membantu orang tua dalam mengurangi konsumsi gula pada anak:
Strategi | Penjelasan |
---|---|
Ganti dengan Alternatif Sehat | Gantikan minuman manis dengan air putih, susu rendah lemak, atau jus buah tanpa tambahan gula. Gantikan camilan manis dengan buah-buahan segar, sayuran, atau kacang-kacangan. |
Batasi Porsi | Jika anak masih mengonsumsi makanan atau minuman manis, batasi porsinya secara bertahap. Mulailah dengan mengurangi sedikit demi sedikit setiap harinya. |
Libatkan Anak dalam Proses | Libatkan anak dalam memilih makanan dan minuman sehat. Ajak mereka untuk memasak bersama dan memilih resep yang lebih sehat. |
Jadilah Role Model | Anak-anak cenderung meniru perilaku orang tua. Jadilah role model dengan mengonsumsi makanan dan minuman sehat. |
Berikan Pujian dan Motivasi | Berikan pujian dan motivasi kepada anak ketika mereka berhasil mengurangi konsumsi gula. Ini akan membantu mereka tetap termotivasi untuk melanjutkan kebiasaan sehat. |
Konsultasi dengan Dokter | Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter anak jika Anda memiliki kekhawatiran tentang konsumsi gula anak Anda. Dokter dapat memberikan saran dan panduan yang lebih spesifik. |
Perlu diingat bahwa mengurangi konsumsi gula pada anak bukanlah proses yang mudah dan cepat. Dibutuhkan kesabaran, konsistensi, dan kerjasama antara orang tua dan anak. Dengan pendekatan yang tepat dan penuh kasih sayang, orang tua dapat membantu anak-anak mereka untuk menjalani gaya hidup sehat dan terhindar dari risiko penyakit kronis seperti diabetes.
Selain itu, penting juga untuk memahami bahwa setiap anak berbeda. Apa yang berhasil untuk satu anak mungkin tidak berhasil untuk anak lainnya. Orang tua perlu menemukan strategi yang paling efektif untuk anak mereka dan tetap fleksibel dalam menyesuaikan pendekatan mereka. Jangan ragu untuk mencoba berbagai strategi dan mencari dukungan dari keluarga, teman, atau profesional kesehatan jika diperlukan.
Kesimpulannya, perjuangan melawan gula berlebih pada anak-anak membutuhkan strategi yang komprehensif, dimulai dari edukasi, pemantauan, dan perubahan pola hidup yang bertahap. Dengan komitmen dan kesabaran, orang tua dapat membantu anak-anak mereka untuk tumbuh sehat dan terhindar dari ancaman penyakit kronis yang disebabkan oleh konsumsi gula berlebih. Ingatlah bahwa kesehatan anak adalah investasi jangka panjang yang sangat berharga.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi para orang tua dalam upaya menciptakan generasi muda yang sehat dan bebas dari ancaman penyakit akibat konsumsi gula berlebih.