:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/3566691/original/052633000_1631185687-20210909-PPKM-IHSG-6.jpg)
Rabun jauh atau miopi pada anak-anak menjadi perhatian serius di era digital saat ini. Sebuah diskusi bersama Kementerian Kesehatan RI pada Minggu, 24 November 2024, menghadirkan Dokter Spesialis Mata Andreas Surya Anugrah yang menjelaskan faktor-faktor risiko dan pencegahannya. Beliau menekankan peran penting genetika dan kebiasaan sehari-hari dalam perkembangan miopi.
Faktor genetik memegang peranan kunci. Dr. Andreas menjelaskan bahwa jika salah satu orang tua menderita rabun jauh, anak mereka memiliki risiko tiga kali lipat lebih tinggi mengalami kondisi yang sama. Jika kedua orang tua menderita rabun jauh, risiko tersebut meningkat hingga enam kali lipat. Pemahaman akan faktor genetik ini sangat penting bagi orang tua untuk melakukan langkah-langkah pencegahan yang tepat.
Selain faktor genetika, kebiasaan sehari-hari, khususnya penggunaan gawai, menjadi penyebab utama peningkatan kasus rabun jauh pada anak. Dr. Andreas menyoroti paparan layar yang berlebihan pada anak-anak, bahkan sejak usia bayi. Sekarang, dari bayi sudah ada screen baik dari HP, laptop, dan itu jadi teman sehari-hari, ujarnya. Penggunaan gawai yang intensif memaksa mata untuk terus fokus pada jarak dekat, meningkatkan risiko terjadinya miopi.
Konsensus dunia antara dokter anak dan dokter mata merekomendasikan agar anak di bawah dua tahun membatasi penggunaan gawai. Penggunaan gawai hanya diizinkan untuk keperluan komunikasi seperti panggilan video call, dan itu pun harus selalu dipantau oleh orang tua. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir paparan layar pada usia dini yang sangat rentan terhadap perkembangan miopi.
Untuk anak usia 2-5 tahun, waktu penggunaan gawai (screen time) disarankan maksimal satu jam per hari. Dr. Andreas menekankan pentingnya keseimbangan antara aktivitas indoor dan outdoor. Di mana sekarang aktivitas lebih banyak di dalam rumah atau indoor yang kebanyakan melihat dekat. Beda halnya dengan zaman dulu yang aktivitasnya melihat yang jauh, melihat alam, ke ladang, jelasnya. Aktivitas di luar ruangan memberikan kesempatan bagi mata untuk berfokus pada objek yang jauh, membantu mengurangi risiko miopi.
Dr. Andreas menyarankan beberapa langkah sederhana untuk mengurangi risiko rabun jauh pada anak. Sering mengajak anak bermain di luar ruangan, misalnya berolahraga di pagi hari, merupakan langkah efektif. Melihat pemandangan dari jendela atau objek yang jauh juga dapat membantu. Intinya, memberikan kesempatan bagi mata untuk beristirahat dari fokus jarak dekat yang intensif.
Sayangnya, Dr. Andreas mengungkapkan keprihatinannya atas meningkatnya kasus rabun jauh pada anak usia dini. Sekarang, kadang-kadang usia masih kecil sudah bisa terjadi rabun jauh di usia 5 tahun, katanya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya deteksi dini dan pencegahan sejak usia sangat muda.
Penting untuk diingat bahwa bukan berarti penggunaan gawai harus dihindari sepenuhnya. Dr. Andreas menekankan pentingnya pengaturan waktu penggunaan gawai (screen time) dan modifikasi perilaku. Dengan modifikasi perilaku (seperti membatasi penggunaan gawai dan aktif mengajak anak bermain di luar ruangan) dan deteksi dini. Kalau anaknya terdeteksi dini, makin cepat ketahuan ya lebih baik, tegasnya.
Deteksi dini sangat penting untuk mencegah perkembangan miopi yang lebih parah. Semakin cepat miopi terdeteksi, semakin cepat pula penanganan yang tepat dapat diberikan. Hal ini dapat mencegah komplikasi yang mungkin terjadi di kemudian hari.
Kesimpulannya, pencegahan rabun jauh pada anak membutuhkan pendekatan holistik yang melibatkan faktor genetik dan lingkungan. Orang tua perlu menyadari peran penting genetika dan secara aktif mengatur kebiasaan sehari-hari anak, terutama terkait penggunaan gawai. Membatasi screen time, meningkatkan aktivitas luar ruangan, dan deteksi dini merupakan kunci utama dalam mencegah dan mengurangi risiko miopi pada anak.
Berikut ini tabel ringkasan rekomendasi untuk mencegah rabun jauh pada anak:
Usia Anak | Rekomendasi Penggunaan Gawai | Aktivitas Lain yang Disarankan |
---|---|---|
Dibawah 2 Tahun | Hanya untuk video call dengan pengawasan orang tua | Bermain di luar ruangan, interaksi sosial |
2-5 Tahun | Maksimal 1 jam per hari | Bermain di luar ruangan, aktivitas fisik, melihat pemandangan jauh |
>5 Tahun | Atur waktu penggunaan, batasi penggunaan sebelum tidur | Aktivitas fisik teratur, istirahat mata, pemeriksaan mata rutin |
Catatan: Informasi ini bersifat edukatif dan tidak menggantikan konsultasi dengan dokter spesialis mata. Konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat bagi anak Anda.
Pentingnya Peran Orang Tua
Orang tua memiliki peran yang sangat krusial dalam mencegah rabun jauh pada anak. Mereka harus menjadi agen perubahan dengan menerapkan gaya hidup sehat dan bijak dalam penggunaan teknologi. Bukan hanya membatasi waktu penggunaan gawai, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas fisik dan interaksi dengan alam.
Selain itu, orang tua juga perlu memperhatikan tanda-tanda awal rabun jauh pada anak, seperti sering mengucek mata, kesulitan melihat papan tulis di sekolah, atau sering mendekatkan buku atau benda bacaan ke mata. Jika menemukan tanda-tanda tersebut, segera konsultasikan dengan dokter spesialis mata untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.
Dengan kesadaran dan tindakan pencegahan yang tepat, kita dapat membantu anak-anak tumbuh dengan kesehatan mata yang optimal dan terhindar dari masalah rabun jauh yang semakin meningkat di era digital ini. Ingatlah bahwa kesehatan mata anak adalah investasi jangka panjang untuk masa depan mereka.
Kesimpulan
Rabun jauh pada anak merupakan masalah kesehatan yang serius dan perlu mendapat perhatian lebih. Kombinasi faktor genetik dan gaya hidup modern, terutama penggunaan gawai yang berlebihan, telah meningkatkan angka kejadian rabun jauh pada anak-anak. Oleh karena itu, peran orang tua sangat penting dalam mencegah dan mendeteksi dini rabun jauh pada anak melalui pengaturan waktu penggunaan gawai, peningkatan aktivitas luar ruangan, dan pemeriksaan mata secara berkala.